Aku dan Dia Berbeda, tak bisakah kamu untuk berhenti menyamakan aku dengan mantanmu?
Aku melemparkan tubuhku ke kasur, menutup wajahku dengan kedua tanganku. Ingin berteriak, ingin marah, ingin meluapkan semua tumpukan amarahku yang terdapat di dalam hatiku.
Aku tahu, kamu bukan seorang dukun. Kamu juga bukan seorang paranormal. Bukan juga seorang malaikat yang tidak bersayap ataupun seorang tuhan yang di agungkan. Tapi bisa kah setidaknya kamu mengerti aku?
Aku hanya ingin dimengerti, dipahami, disayangi, dimanja, dirindukan oleh seorang sosok dirimu. Aku hanya ingin menjadi seorang yang teristimewa. Tak bisa kah kamu menganggap ku ada walau cuma sedetik? Tak bisa kah kamu menganggap aku nyata walau cuman nol koma lima detik?
Aku dan Dia Berbeda! Jelas sangat berbeda. Iya, Dia mungkin bisa cuek dan menganggap tidak masalah jika kamu tidak memberi kabar kepadanya. Sedangkan aku? Aku ga bisa buat cuek dan menganggap ini semua tidak masalah sementara kamu tidak memberi kabar kepadaku!
Iya, Dia mungkin bisa tidak peduli dengan semua kesibukanmu dan menganggap semua angin lalu. Tapi tidak dengan aku, aku tidak bisa tidak peduli dengan kesibukanmu.
Bahkan, Dia mungkin masih bisa tersenyum dan tertawa jika kamu tidak menganggapnya. Tidak dengan aku! Aku tidak bisa seperti dia.
Kenapa? Kamu mau tahu kenapa tidak bisa? Karena Aku dan Dia Berbeda.
Pahamilah aku, mengertilah aku. Mungkin aku tidak lah sempurna, tetapi hatiku memilikimu sepanjang umurku. Mungkin aku selalu membuat mu marah dan benci padaku, tetapi aku lakukan itu semua hanya untuk membuat mu bahagia.
Mungkin aku cuma tidak bisa pahami bagaimana cara tunjukan maksudku, aku hanya ingin menjadi yang terbaik untukmu.
Sadarlah, lihat aku. Aku dan Dia Berbeda. Pahami aku walau hanya sedikit. Aku hanya ingin bersama dengan mu. Iya meskipun kamu tidak berniat untuk bersamaku.
Anggaplah aku nyata, karena aku memang nyata. Anggaplah kita berada ditempat yang sama, sehingga kamu bisa merasakan dan mengerti aku. Anggaplah semua nya benar adanya meskipun tidak untukmu.
Aku melempar kasar bantalku, menarik gulingku. Merasakan tiap tetesan hangat air mata mengalir dipipiku. Aku teringat beberapa minggu yang lalu, ketika aku meminta kepadamu untuk tidak membuatku menangis lagi tapi nyatanya aku kembali menangis karena seorang sosok sepertimu.
Sayang, haruskah aku menangis di hadapanmu? Haruskah aku meminta kepadamu? Hal yang menurutku sangat sepele di dalam sebuah hubungan. Sayang mengertilah, aku hanya ingin bersamamu. Sesempit apa itu waktu mu, sesibuk apa itu kegiatanmu. Ingat lah aku walau hanya sedetik, kabari aku walau hanya dengan sms kosong, rindukan aku walau hanya dengan sebuah kalimat "aku kangen". Hanya itu, walau kamu ga pernah bilang sayang sama aku, ga pernah bilang "love you" aku percaya kamu memiliki perasaan itu.
Ku usap kedua belah pipiku, aku tak ingin menangis lagi. Aku tak ingin menyesal karena telah memilihmu. Aku tak ingin membencimu. Walau ingin, tetap saja rasa sayangku lebih besar dari itu.
Kutatap nanar smartphoneku, berharap kamu mengerti bahwa Aku dan Dia Berbeda wahai sang Suryaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar