Minggu, 28 Juli 2013

Selalu Salah

"Cowok itu egois, cowok itu mau menang sendiri, cowok itu ga pernah mau mengerti, cowok itu sama bisa nya nyakitin doang" kata-kata itu terus berulang-ulang terucap di dalam hatiku. Aku melihat smartphoneku, membuka blog dan menuliskan semua isi hatiku. Iya, aku selalu menulis isi hatiku di blog ini. Media elektronik, yang menurut ku pas untuk aku tuliskan setiap untaian kata dan curahan hatiku di saat aku sedang mengalami masa-masa sulit. Walau ku akui, setiap masa-masa sulit yang ku alami selalu tentang Cinta. Sedikit malu sebenarnya, aku seorang yang cukup sukses di dalam keluarga. Aku memiliki keluarga yang bahagia. Ada daddy, ada mommy, ada daly adik ku yang paling baik dan ada anggi si adik angkatku. Aku bahagia memiliki mereka semua. Aku juga cukup berhasil di bidang formalitas, sekolahku lancar dari TK sampai SMA. Kuliahku berhasil, dengan IPK yang di atas rata-rata serta aku dinyatakan telah lulus dan menjadi sarjana muda di universitas negeri dan sangat ternama di kotaku yang tercinta ini, kota kelahiranku. Tapi aku tak cukup berhasil di kisah cintaku. Iya, selalu aku menuliskan masa-masa sulit tentang cinta yang menurutku sangat magis. Dan selalu saja cinta membuatku mengalami masa-masa sulit yang harus aku curahkan dan aku ungkapan dimedia elektronik ini.
Aku memutar bola mataku, dan mengulang kembali perkataan itu di dalam hatiku. "Cowok itu egois, cowok itu mau menang sendiri, cowok itu ga pernah mau mengerti, cowok itu sama bisa nya nyakitin doang" ingin marah, ingin teriak setiap aku mengulang kata-kata itu di dalam hatiku. Aku menatap cermin di meja rias ku. Apakah wajah ku terlalu lugu? Apakah aku terlalu polos? Apakah aku memang sangat pantas untuk di sakiti? Sangat pantas untuk di anggap selalu salah? Atau ntah lah ku tutup mataku. Ku hirup oksigen yang diberikan Allah dengan sangat gratis ini, aku hembuskan karbondioksida yang menjadi bahan utama untuk fotosintesis. Aku tenangkan diriku. Kurangkai kata demi kata untuk memahami apa yang terjadi. Kurangkai sedemikian rupa agar ini menjadi lebih berarti bukan hanya sebuah curhatan hati belaka.
Aku menulis ini ketika aku berpikir "Cowok itu egois, cowok itu mau menang sendiri, cowok itu ga pernah mau mengerti, cowok itu sama bisa nya nyakitin doang". Aku menulis ini ketika aku mengalami masa-masa sulit dengan kamu, iya kamu sosok pria yang sangat aku sayangi. Sosok pria yang membuat aku tersenyum kembali. Sosok pria yang selalu menemani mimpi tidurku. Sosok pria yang selalu menjadi penyemangat dan motivasi dihatiku. Tidak kah kamu mengerti sesungguhnya aku mulai takut kehilanganmu? Tidak kah kamu mengerti, aku memberi perhatian lebih kepadamu karena kamu yang teristimewa? Tidak kah kamu paham aku disini selalu membanggakanmu? Dan tidak kah kamu memahami sesungguhnya aku hanya ingin bersamamu?
Kamu, iya kamu sosok priaku. Aku tak pernah meminta lebih kepadamu, aku tak pernah meminta kamu menjadi seperti apa yang aku inginkan. Aku juga tidak pernah meminta kamu untuk menuruti semua keinginan aku. Tapi setidaknya bisa kah kamu mengerti? Disini ada aku yang mengharapkan kehadiran kamu. Ada aku yang ingin diperhatikan sama kamu. Ada aku yang ingin di anggap nyata sama kamu.
Kamu, iya kamu sosok priaku. Aku tak pernah mengklaim kamu sebagai orang yang jahat. Aku tak pernah berpikiran buruk tentang semua sifat kamu kepadaku. Aku selalu berusaha menghargai perasaan kamu sebisa aku untuk tidak menyakiti kamu. Bisakah kamu tidak berpikiran buruk denganku? Bisakah kamu tidak selalu mengklaim aku jahat atau kejam? Bisakah kamu sedikit saja memujiku dan mengatakan aku adalah wanita idaman kamu?
Kamu, iya kamu sosok priaku. Aku tidak pernah menyalahkan setiap tindakanmu. Aku tidak pernah menganggap apa yang kamu lakukan itu buruk. Aku juga tidak pernah untuk bersikap ingin menang sendiri. Tapi kenapa kamu selalu menyalahkan aku? Kamu selalu saja menganggap perhatianku sebagai tindakan yang buruk. Kamu selalu saja menganggap aku salah.
Kamu, iya kamu sosok priaku. Aku selalu berusaha meyakinkan hatiku bahwa kamu bukan orang yang egois. Aku tetap diam kamu tidak menganggapku ada. Tapi kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti aku? Apakah aku memang tidak pantas untuk didengar? Tidak pantas untuk dimengerti?
Aku menulis ini ketika aku berpikir "Cowok itu egois, cowok itu mau menang sendiri, cowok itu ga pernah mau mengerti, cowok itu sama bisa nya nyakitin doang". Apakah pikiran ku ini benar? Apakah kamu sosok yang seperti itu priaku?
Kamu, iya kamu sosok priaku. Aku tahu kamu bukan orang yang romantis, aku tahu kamu orang yang sangat cuek. Tidak bisakah kamu bersikap sedikit manis disaat aku bersikap manis kepada kamu?
Kamu, iya kamu sosok priaku. Aku hanya ingin diperhatikan, diingat sama kamu, hanya ingin dianggap nyata sama kamu. Aku tidak menuntut banyak. Berhentilah menyalahkan aku. Apapun yang aku lakukan, sejujurnya hanya ingin menunjukkan kalau aku sayang sama kamu. Salah kalau aku ingin menunjukkan itu? Tapi kamu selalu mengatakan aku kejam amat, selalu menyalahkan aku, dan selalu berpikir apa yang aku lakukan salah.
Aku menulis ini, karena aku lelah. Aku lelah dengan sikap kamu. Haruskan aku mengakhiri ini? Haruskah aku pergi meninggalkan kamu? Karena selalu saja apa yang aku lakukan salah dimata kamu. Selalu saja apa yang aku tunjukkan salah dipikiran kamu. Selalu saja perhatianku dikatain kejam sama kamu. Dan selalu saja aku salah!
Kamu, sosok priaku. Mengertilah, aku tidak sesempurna yang kamu pikirkan. Aku tidak malaikat tanpa sayap. Aku juga bukan bidadari berhati mulia. Aku bisa merasakan sakit, aku bisa menangis, aku bisa merasakan kesal dan amarah. Mengertilah, haruskah aku memohon padamu untuk mengerti aku wahai kamu sosok priaku.
Kamu, iya kamu sosok priaku. Aku tidak memintamu untuk menjadi seperti yang aku inginkan, aku juga tidak memintamu untuk menuruti semua keinginanku. Karena aku menyanyangimu karena Allah, aku menyanyangimu karena kamu adalah kamu, matahari di fajar hari. Karena kamu adalah matahari subuhku, sosok priaku. Mengertilah, cobalah untuk memahamiku, cobalah untuk mengerti aku bukan mantan kamu yang dulu dan aku adalah orang yang berbeda. Kamu matahari subuhku, sosok priaku. Aku sayang kamu.
Aku menulis ini tidak berharap banyak, hanya ingin mencurahkan isi hatiku. Aku juga tidak berharap kamu membaca ini sosok priaku. Karena aku tahu, ini bukanlah hal yang sangat penting untuk dibaca olehmu. Terimakasih karena telah menjadi matahari subuhku, terimakasih telah menjadi bagian hatiku. Terimakasih untuk kisah ini. Terima kasih S. F. K si sosok priaku.

Jumat, 26 Juli 2013

Aku dan Dia Berbeda

Aku dan Dia Berbeda, tak bisakah kamu untuk berhenti menyamakan aku dengan mantanmu?
Aku melemparkan tubuhku ke kasur, menutup wajahku dengan kedua tanganku. Ingin berteriak, ingin marah, ingin meluapkan semua tumpukan amarahku yang terdapat di dalam hatiku.
Aku tahu, kamu bukan seorang dukun. Kamu juga bukan seorang paranormal. Bukan juga seorang malaikat yang tidak bersayap ataupun seorang tuhan yang di agungkan. Tapi bisa kah setidaknya kamu mengerti aku?
Aku hanya ingin dimengerti, dipahami, disayangi, dimanja, dirindukan oleh seorang sosok dirimu. Aku hanya ingin menjadi seorang yang teristimewa. Tak bisa kah kamu menganggap ku ada walau cuma sedetik? Tak bisa kah kamu menganggap aku nyata walau cuman nol koma lima detik?
Aku dan Dia Berbeda! Jelas sangat berbeda. Iya, Dia mungkin bisa cuek dan menganggap tidak masalah jika kamu tidak memberi kabar kepadanya. Sedangkan aku? Aku ga bisa buat cuek dan menganggap ini semua tidak masalah sementara kamu tidak memberi kabar kepadaku!
Iya, Dia mungkin bisa tidak peduli dengan semua kesibukanmu dan menganggap semua angin lalu. Tapi tidak dengan aku, aku tidak bisa tidak peduli dengan kesibukanmu.
Bahkan, Dia mungkin masih bisa tersenyum dan tertawa jika kamu tidak menganggapnya. Tidak dengan aku! Aku tidak bisa seperti dia.
Kenapa? Kamu mau tahu kenapa tidak bisa? Karena Aku dan Dia Berbeda.
Pahamilah aku, mengertilah aku. Mungkin aku tidak lah sempurna, tetapi hatiku memilikimu sepanjang umurku. Mungkin aku selalu membuat mu marah dan benci padaku, tetapi aku lakukan itu semua hanya untuk membuat mu bahagia.
Mungkin aku cuma tidak bisa pahami bagaimana cara tunjukan maksudku, aku hanya ingin menjadi yang terbaik untukmu.
Sadarlah, lihat aku. Aku dan Dia Berbeda. Pahami aku walau hanya sedikit. Aku hanya ingin bersama dengan mu. Iya meskipun kamu tidak berniat untuk bersamaku.
Anggaplah aku nyata, karena aku memang nyata. Anggaplah kita berada ditempat yang sama, sehingga kamu bisa merasakan dan mengerti aku. Anggaplah semua nya benar adanya meskipun tidak untukmu.
Aku melempar kasar bantalku, menarik gulingku. Merasakan tiap tetesan hangat air mata mengalir dipipiku. Aku teringat beberapa minggu yang lalu, ketika aku meminta kepadamu untuk tidak membuatku menangis lagi tapi nyatanya aku kembali menangis karena seorang sosok sepertimu.
Sayang, haruskah aku menangis di hadapanmu? Haruskah aku meminta kepadamu? Hal yang menurutku sangat sepele di dalam sebuah hubungan. Sayang mengertilah, aku hanya ingin bersamamu. Sesempit apa itu waktu mu, sesibuk apa itu kegiatanmu. Ingat lah aku walau hanya sedetik, kabari aku walau hanya dengan sms kosong, rindukan aku walau hanya dengan sebuah kalimat "aku kangen". Hanya itu, walau kamu ga pernah bilang sayang sama aku, ga pernah bilang "love you" aku percaya kamu memiliki perasaan itu.
Ku usap kedua belah pipiku, aku tak ingin menangis lagi. Aku tak ingin menyesal karena telah memilihmu. Aku tak ingin membencimu. Walau ingin, tetap saja rasa sayangku lebih besar dari itu.
Kutatap nanar smartphoneku, berharap kamu mengerti bahwa Aku dan Dia Berbeda wahai sang Suryaku.

Lagi dan Lagi

Aku memeluk gulingku erat, mencoba menahan air mataku yang mengalir. Mencoba meresapi rasa sakit hati ini lagi. Lagi dan lagi, hati ini harus di kecewakan oleh yang namanya cinta. Sakit, banget.
Aku memandang cermin yang ada dipojokan dinding kamarku, dengan suara parau, mata sembab, muka merah, hidung basah. Aku menatap cermin itu, melihat bayangan diriku yang begitu kumal dan tidak bersahabat. Lagi, haruskah aku merasakan sakit hati? Lagi, haruskah aku menangis hanya karena seseorang yang aku anggap dapat membahagiakan aku?
Aku hanya terdiam dengan air mata tetap mengalir deras dari mataku. Sungguh, aku sangat menyayangi sosok itu. Tak ingin kehilangan untuk kedua kali. Tapi apakah harus seperti ini caranya berpisah? Kenapa harus membohongi aku, kenapa harus?
Aku bukan mantan kamu yang dulu, aku paling ga suka di bohongin sama kamu. Akhirnya ini kah kisah kita? Berakhir begitu saja?

Senin, 08 Juli 2013

Hanya Harapan, Abaikan. Tak Penting

Aku melihat layar smartphoneku, berharap ada pesan singkat masuk yang membuat hatiku sedikit gembira. Sungguh menunggu kabar dari seseorang yang kita sayangi itu bisa membuat nafsu makan berkurang, susah tidur, gelisah, grogi atau apapun itu. Tapi itulah cinta, ajaib!. Dengan wajah yang sedikit cemberut aku menggrutu kecil. Kenapa aku harus selalu menunggu? Terkadang terpikir apakah dia menyayangiku? Serius denganku? Atau hanya sebuah kepura-puraan belaka?

Tiba-tiba lagu maroon 5- Daylight mengalun dismartphoneku, nada sms. Segera ku buka sms itu, ternyata salah bukan orang yang ku tunggu, orang yang tak penting malah.
Aku hanya terdiam, ingin menangis tapi tak mampu bersuara. Hanya air mata, yang mengalir membasahi pipiku. Lagi-lagi pertanyaan baru muncul dibenak ku, kenapa bukan kamu? Kenapa harus dia?
Iya dia, sosok seseorang teman lama, yang selalu mencoba mencari perhatianku, mencoba mencuri hati dan pikiranku. Tapi percuma, karena aku tak kan mampu berpaling dari kamu.

Terkadang ingin mengucapkan selamat tinggal, terkadang ingin berpisah, terkadang ingin melupakan dan mengakhiri semua. Tapi rasa sayang harus mau mengalah. Menerima semua dengan ikhlas dan lapang dada.
Kamu, iya kamu, aku hanya ingin di perhatikan sayang. Hanya ingin dilihat, hanya ingin kamu tahu kalau sekarang ada aku disini. Yang menemani hari-harimu bukan dalam diam, bukan dalam khayalan tapi dalam sosok yang nyata. Walaupun aku tahu kita terpisah oleh jarak dan sangat sulit untuk menganggap itu nyata.

Aku teringat sosok yang lalu, sosok yang membawa lagu cinta dalam hatiku, sosok yang benar-benar menganggap aku nyata. Haruskah aku kembali kepada masalalu? Aku menyeka air mataku yang turun semakin deras. Menyesal bukan pilihan saat aku sudah bersama denganmu, menyesal juga bukan hal yang aku inginkan karena aku telah menyayangimu. Aku menepis masa lalu itu, mencoba kembali ke dunia nyataku. Ini aku, dan ada kamu bersamaku. Walau kamu tak pernah menganggap aku nyata.

Masih dalam diam, untuk kesekian kali nya aku menyeka air mataku. Statement itu, iya statement itu mengatakan "jangan berharap terlalu banyak, karena kamu akan sangat terluka" aku mengerti sekarang, tidak semua bisa berjalan sesuai rencana. Hanya di mimpi aku bisa merasakan kamu menganggap aku nyata, tidak di dunia nyata.

Aku menghentikan tangisku, mencoba merangkai senyum didepan cermin meja rias kamarku. Mematikan nada smartphoneku, percuma orang yang ku tunggu pun tak kan ada kabar nya. Orang yang ku harap banyak pun tak mengharapkanku. Aku memasang senyum, benar berharap terlalu banyak hanya akan membuat kita terluka. Sekarang aku mencoba untuk bersikap biasa seperti kamu, sampai ada masa nya aku tak bisa bertahan dan kita harus berpisah.

Terima kasih, sang surya.

Selasa, 02 Juli 2013

Masa Lalu Itu

Aku terduduk, menatap sekelilingku. Sesekali melihat jam biru putih manis bergambar mickey mouse yang melingkar ditangan mungilku . Seharusnya sih sudah datang. Sosok yang aku tunggu. Aku menaikan wajahku mantap. Tersenyum puas. Bahagia. Sungguh, lebih dari rasa bahagia. Aku menunggu sosok yang telah bisa menata hatiku, menata hari-hariku menjadi sebuah kesempurnaan. Berlebihan? Tidak, ini sungguh nyata. Cinta bisa membuat semua hal yang biasa menjadi luar biasa, menciptakan kesederhanaan menjadi sebuah kesempurnaan. Begitu cepat seperti magis. Bagaikan membalikkan sebuah telapak tangan.

Tiba-tiba tatapan mataku nanar, teringat masa lalu itu. Teringat seorang sosok pria yang mengisi kekosongan hariku dengan tawa dan canda. Mengganti setiap bait sendu lagu ku menjadi bait cinta. Menciptakan senyum disetiap tidurku. Membuat mimpiku menjadi lebih berarti. Iya, sosok itu adalah sosok yang sangat istimewa, bahkan mungkin lebih. Sosok itu membuatku selalu ingin mengagungkannya. Mempercayai setiap kata-kata manisnya, mempercayai janji-janjinya. Apapun itu, semua seperti magis. Masa lalu itu berputar cepat diotak dan pikiranku. Membuka semua memori yang telah lama aku simpan, atau bahkan harus kulupakan. Teringat semua kenangan manis itu, kenangan pahit itu. Sungguh rasanya ingin aku berteriak dan memaki diriku kenapa aku harus sebodoh ini mempercayai cinta? Mempercayai semua kata manis sosok pria yang bertampang malaikat tetapi tidak sebenarnya. Dan sekali lagi itulah hebatnya cinta, lima kata magis yang membuat siapa saja mendengarnya dalam hitungan detik akan bertekuk lutut. Menciptakan kebahagian berakhir dengan kekecewaan.

Aku menepis semua masa lalu itu, iya aku hanya tersenyum. Dulu sebelum aku mengenal sosoknya ingin rasanya membuang memori ini. Menghapusnya jauh dari pikiranku. Tapi sekarang semua malah menjadi lucu. Iya seperti lelucon di stand up comedy. Aku menangis, bersedih, mencintai dalam diam, tersendu, ah apapun itu semuanya lagu sedih tentang cinta membuatku tertawa. Sungguh lucu kisah cintaku.

Aku menatap sekitar, sosok yang kutunggu sudah terlihat. Iya dia, seorang mentari yang bersinar menyinar hari-hariku. Menata hatiku. Senyum itu sungguh manis. Dia mendekat dan menyodorkan tangannya kepadaku. Ku sambut tangan itu dengan tersenyum malu. Sosok ini, dia yang membuat semua hal sederhana menjadi sempurna. Dia yang mengajarkan, kehidupan berputar. Dia yang mengatakan obat putus cinta ya jatuh cinta. Dia yang pernah aku tolak, tetapi tetap menyanyangi hingga sekarang. Dia sang surya di fajar hari. Dia sang pemilik hati.

Aku melangkah mantap disampingnya, menatap ke belakang. Selamat tinggal masa lalu. Masa lalu itu, iya masa lalu. Karena aku telah memulai hidup baru. Terima kasih cinta, terima kasih masa lalu. Belajar dari kesalahan dan memperbaikinya sekarang.

Aku telah move on dari kamu masa lalu. Aku telah tersenyum, tersenyum dengan puas dan mantap. Terima kasih pernah menjadi kisah terindahku, kini aku harus pergi meninggalkanmu bersama sosok pria yang selama ini aku cari.

Pria ku tersenyum manis, aku menatap matanya. Merangkul lengannya dan berjalan mengiringi waktu. Berharap ini lah akhir semua.