Sabtu, 20 Juni 2015

Inilah Akhirnya

Aku membuka netbook ku, mengklik web blogger dan masuk ke dalam akun blogku. Tidak tahu pasti apa yang akan ku tulis, tapi aku sekarang butuh tempat untuk menuangkan  keluh kesahku. Bukan aku tak punya teman, ya aku punya aku bisa saja bercerita kepada mereka tapi aku tahu, aku tak ingin mereka memandang jelek orang yang akan aku ceritakan. Bukan pula tak memiliki keluarga, aku hanya tak ingin mereka tahu anaknya sedang bersedih. Akhirnya kembali lagi disini aku mencurahkan kisahku.

Hubunganku percintaan ku memang tak semulus jalan raya,  tak pula seindah langit pagi. Di hubungan ini sering sekali terjadi konflik. Aku tahu berat rasanya dari biasa terbiasa bersama harus berpisah jarak berpuluh-puluh kilometer jauhnya. Tapi aku bisa apa?

Ada yang bilang, hubungan yang menghasilkan masa depan itu hubungan yang tidak akan menyerah cuma karena keadaan, karena sering bertengkar, atau karena ego satu sama lain. Karena cinta itu menguatkan, bukan saling menjatuhkan. Aku kira mungkin ini benar ada nya, karena walaupun hubungan kami sering terjadi pertengkaran tetap saja kami akan akur kembali. Tapi sekarang?

Aku bingung, harus apa? Menceritakan bagian mana atas apa yang terjadi hari ini. Tidak dipungkiri semua terjadi karena emang beberapa bulan ini kami selalu bertengkar. Masalahnya pun masalah sepele saja. Tapi ini akhir dari pertahanan itu, ketika dia luluh dan melepaskan aku pergi.

Sakit?
Sedih?
Kecewa?

YA!

Itu pasti,

Seketika memori-memori masa depan yang tertata indah itu runtuh tak tersisa.

DIAM,

Aku hanya bisa diam, aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku merasa di permainkan oleh cinta.

Salahkah aku?
Aku hanya butuh perhatian, terkadang ada masa aku merasa perlu diperhatikan.
Aku hanya butuh pengertian,
Aku hanya butuh di manja,
Itu saja.

Tak perlu kata-kata manis, tak perlu kata-kata cinta atau lainnya.
Aku hanya ingin diperhatikan.
Aku tak ingin tersaingi oleh apapun.
Ya, mungkin aku posesif, overprotectiv, egois
Tapi itu kulakukan karena aku tidak ingin kehilangan.
Salahkan itu?

Seketika aku merasa kehilangan, mungkin juga merasa lega.
Kehilangan orang yang aku sayang, lega karena dia akan lebih bahagia daripada bersamaku.

Aku ingin menangis, tapi aku tak sanggup.
Ku pikir aku tidak akan pernah merasakan kehilangan lagi, tapi sekarang aku merasakannya.
Aku mencoba meghubunginya, tapi tidak ada respon yang bisa aku banggakan.

Oh, mungkin ini akhirnya.
Seseorang yang selalu aku elu-elukan di depan teman-temanku yang akan membuat mereka iri betapa beruntungnya aku memilikinya.
Seseorang yang aku bangga-banggakan di hadapan saudara-saudaraku yang membuat mereka berdecak kagum karena aku memilikinya.
Seseorang yang bisa membuat aku melupakan arti kehilangan.

Mungkin ini akhir kisahku.

Sedih?
Ya, karena aku kehilangan dia.

Menyesal?
Ya, karena aku tak akan lagi bersamanya.

Bahagia?
Ya, karena aku sempat memilikinya.

Mimpi tinggal lah mimpi, harapan tinggal lah harapan, janji tinggal lah janji.
Aku hanya bisa menahan air mata, hingga tiba waktunya air mata ini jatuh tak tertahankan lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar