Aku menulis ini ketika aku sadar tak akan ada yang bisa dikembalikan seperti dulu lagi. Aku menulis ini ketika aku berpikir bahwa di sana kamu pasti telah menemukan seseorang yang baru. Seseorang yang bisa mencintaimu, memahamimu, dan mengerti keinginanmu lebih baik daripada aku. Rendahnya kepekaanku dan tingginya keegoisanku membuat kamu pergi dan menjauh. Seandainya, bisa kuputar kembali waktu, aku tidak akan membiarkanmu pergi dan akan menahanmu sampai Allah bosan melihat usahaku. Tapi Allah berkata lain, kamu pergi dan meninggalkan aku disini. Sendiri, bersama semua karma ini.
Aku menulis ini ketika aku mulai berpikir, bahwa sudah saat nya aku tidak mengharapkanmu lagi. Mencoba menghapus masa lalu, mencoba pergi dari kisah kelam antara kamu dan aku. Mencoba menghapus sakitnya mencintai dalam diam, iya selama lima minggu ini aku mencintai mu dalam diam. Tanpa kamu tau bahwa itu sangat menyakitkan. Sementara kamu? Iya aku menjadi seorang stalker bodoh, menyaksikan mu tertawa dengan sangat bahagianya bersama perempuan yang lain. Hal yang dulu hanya kamu lakukan dengan ku, hal yang hanya aku saja yang boleh merasakannya.
Aku menulis ini ketika aku sadar, kamu dan aku tidak akan bersatu lagi. Ingat kah masa kenangan indah kita dulu? Awal jadian kita buat komitmen, kamu ingat? Kamu tau isi komitmen itu apa? Ah, ntah lah. Aku pikir kamu pasti sudah lupa. Dan sampai sekarang aku masih mengingatnya. Kamu ingat? Dulu kita nangis bareng? Kamu ingat dulu waktu kita main tebak tebakan? Kamu ingat waktu kamu bilang ibu kamu suka sama dompetnya? Kamu ingat waktu kamu bilang kamu sayang banget sama aku? Kamu ingat waktu kamu ketahuan boong aku cuekin kamu? Kamu ingat waktu kamu ke jakarta gath kita diam diaman selama empat hari? Apakah kamu ingat? Kenangan itu? Sebegitu cepatnya kah kamu melupakan itu semua? Tidak untuk ku, karena aku masih mencintaimu dalam diam.
Aku menulis ini ketika aku sudah ga sanggup lagi buat menangis. Kamu tahu rasanya jadi aku? Menahan tangis sepanjang hari dan akan menangis di malam hari. Kamu tahu rasanya jadi aku? Tersenyum palsu menahan dan mencoba tegar bahwa aku kuat. Kamu ingat waktu kamu pernah menyatakan perasaan mu via Blackberry Messenger -BBM. Kamu ingat waktu pertama kali kita jadian? Kamu ingat waktu aku pernah bilang "kamu semangatnya aku" apa kamu lupa? Sungguh? Oh tiada berartinya aku untuk mu ternyata. Ingat sama screenshot ini? 17 oktober 2012, 08.30PM. Really, screenshot ini setiap malam hampir membuat aku menangis. Menangis karena kebodohan ku mencintaimu dalam diam.
Aku mencoba untuk tetap tersenyum. ketika membaca screenshot ini dan walau tetap air mata aku harus jatuh karena membaca ini. Sungguh, semua apapun itu yang pernah kamu lakukan membuat aku buta. Sangat mudah dalam pikiran dan hati aku untuk terjebak bayang bayang kamu. Apakah harus aku berlari mengejar mu? Haruskah aku mencintaimu terus dalam diam? Haruskah aku menangis sepanjang malam menahan rindu dan aku ga tahu harus kepada siapa rindu ini aku sampaikan? Apakah harus aku bilang sama kamu, dengan mata yang sembab dan bengkak. dengan rambut yang berantakan, hidung mampet, pipi merah, dan dengan wajah yang sangat begitu lelah, hanya untuk meminta mu kembali? Sementara aku sudah berusaha untuk tetap ada di sisimu dalam diam dan meminta tapi tak pernah ada jawaban.
Tapi sekarang aku sadar, iya lima minggu sudah. Kamu tidak pernah menjawab perasaanku. Iya, seakan akan aku hanya diberi harapan kosong, penuh kepalsuan. Pemberi Harapan Palsu-kah? -PHP. Ntah lah, yang ku tahu dalam diam mu kamu tidak mempunyai perasaan sedalam perasaanku kepadaku. Iya, kamu bahkan tidak merindukan aku sedalam aku merindukanmu sedalam yang kamu lakukan. Taukah kamu rasanya menjadi seorang yang diberi sebuah harapan kosong? Diletakan di nomor sekian, dan tetap mencintai walau disakiti dan tetap menuruti apa mau mu walau di lukai.
Kalau kamu mau pergi, maka pergilah. Lima minggu sudah aku menunggu, namun sekarang aku mengerti. Tak kan ada lagi rasa itu untuk ku, dan tak ada lagi rasa ku untuk mu. Terimakasih untuk semua kenangan manis yang telah kamu berikan. Terimakasih untuk semua kata sayang, canda tawa, duka bersama yang pernah kita lalui. Berjanjilah, kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik dariku. Berjanjilah, kamu akan membahagiakannya dan tidak membuatnya mencintai dalam diam. Karena sungguh mencintai dalam diam bukan lah hal yang mudah. Bahagiakan dia, jadikan dia seperti aku dulu. Dan jangan buat luka di hati nya. Aku akan mencoba untuk ikhlas, dan melupakan semua masa lalu kita. Jika kamu ga sanggup untuk melakukan itu, aku bisa bantu. Iya, membantu mu asal kamu bisa kembali padaku dan mau ku ajak untuk saling memahami. Kita ulang semua dari awal. Kita ulang dari rasa suka, sayang, dan sampai kita menutup mata.
Aku percaya, suatu saat nanti dan pasti kita akan bertemu lagi. Ntah lah, apakah akan kembali atau kamu akan datang dengan seorang sosok yang baru dan begitu juga dengan ku yang datang dengan membawa seseorang yang telah berhasil mengahapus awan mendung di hatiku, mengobati perihku. Mengobati setiap bait sakit yang kurasakan.
Dan puaskah kamu? Sudah menjadi kan ku sebuah lelucon lucu di kehidupanmu? Iya, menjadi aku bahan tertawaanmu yang kamu sebut karma? Kamu siksa aku sampai jera, kamu biarkan aku menjadi seseorang yang tertawa lebih dulu tapi menangis sekencang kencangnya di akhir leluconmu. Iya, disaat aku menyakitimu yang bahkan aku pun tak berniat menyakitimu karena ku pikir ini wajar dalam hubungan tapi kamu membalas lebih dari rasa sakit yang kuberikan.
Terimakasih untuk tawa yang pernah kamu berikan kepadaku di setiap candaanmu di ujung malam. Sekarang aku sadar, betapa seseorang yang sangat ku sayang dan mampu membuat ku tertawa paling kencang juga adalah seseorang yang mampu membuatku menangis paling kencang.
Terimakasih Wisnu Alfian Arrasyid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar